“Inovasi baru terus kami kembangkan tanpa meninggalkan asas temuan, komponen yang dianggap lemah kami benahi kembali,” ungkap salah satu penemu, Djajusman, kemarin.
Menurutnya, dengan model Kincir Air Kaki Angsa Vertikal ini, lanjutnya, sekaligus memiliki kelebihan pada efek suara yang dihasilkan. Suara mesin menjadi lebih halus sehingga tidak mengganggu penduduk yang tinggal di sekitar. Walaupun sebenarnya untuk beberapa daerah suara bising dari produk ini sebenarnya tidak sangat mengganggu. Bagi mereka lebih baik suara berisik daripada harus menempuh medan yang berat hanya untuk memperoleh solar.
Lebih jauh ia menuturkan, temuan yang dimulai pengamatannya sejak 1998 itu, saat ini sudah banyak diadopsi beberapa daerah. Terutama daerah yang kebutuhan energi listriknya belum tercukupi, lebih-lebih masyarakat pedesaan yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik, pemenuhan kebutuhan energi itu pemerintah mencari energi alternatif.Seperti gas alam, batu bara, dan tenaga nuklir. Untuk memperoleh energi tersebut harus mengeluarkan biaya yang besar dan harus menggunakan teknologi tinggi apalagi penggunaan tenaga nuklir beresiko tinggi terhadap lingkungan hidup dan tampaknya energi alternatif di masa mendatang masih bertumpu pada penggunaan energi nuklir.
Untuk pengadaan listrik, kata Djajusman, bisa saja masyarakat di desa tersebut membeli generator listrik secara patungan. Tetapi bahan bakarnya yang berupa minyak solar atau bensin harus didatangkan dari kota yang cukup jauh, yang berarti pengeluaran ongkos terus menerus dan tidak sedikit jumlahnya.
Karena itu, Pusat Ketenagalistrikan (P3TKEBT) ESDM bekerjasama dengan penemu teknologi kincir jenis ”Kaki Angsa” yang ditemukan Djajusman Hadi dan Budiharto, keduanya staf di Universitas Negeri Malang (UM), telah menguji cobakan alat tersebut di Malang Jawa Timur sejak tahun 2006.
“Kincir Air Kaki Angsa” ini berbeda dari jenis kincir air sebelumnya, yang membedakan adalah tidak memerlukan ketinggian, dan cara pembuatan bendungan. Efisiennya, alat ini dapat dipasang di sungai dangkal hingga tenggelam, dan kelak ke depan dapat difungsikan di laut guna mendapatkan energi listrik yang jauh lebih besar.
Dengan menggerakkan Kincir Air Kaki Angsa ini, tujuannya adalah untuk menghasilkan enegi listrik tanpa menggantungkan bahan bakar minyak (BBM). Kincir itu bertujuan mentransfer energi air menjadi listrik, manfaatnya untuk memperoleh sumber energi yang murah dan tidak dapat habis, energi yang ramah lingkungan, alternatif pengganti energi minyak dan gas, mengembangkan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan, membantu memecahkan masalah pemerataan listrik bagi masyarakat pedesaan, meningkatkan produksi industri di pedesaan, baik industri pertanian, perikanan dan agro industri.
Secara relevan, kelebihan dari teknologi sederhana yang diciptakan oleh penemu ini adalah dapat berputar dalam kondisi tenggelam di air sungai yang dangkal dan hingga dalam (tenggelam), karena kalau tenggelam justru dapat menghasilkan energi listrik yang jauh lebih besar. Ke depan merujuk pemaparan Mantan Presiden BJ Habibie dalam rapat dengan kementerian ESDM tahun 2005 tentang potensi energi listrik di Indonesia yaitu untuk selat-selat di Indonesia kaya akan potensi listriknya, asalkan ada turbin yang dapat mentransfer energi tersebut. Dan alat ini sempat dinilai cukup fleksibel jika diterapkan di laut. (oci/udi/malangpost)
Sumber :http://malangraya.web.id/2009/05/17/model-baru-kincir-air-kaki-angsa/
Lebih jauh ia menuturkan, temuan yang dimulai pengamatannya sejak 1998 itu, saat ini sudah banyak diadopsi beberapa daerah. Terutama daerah yang kebutuhan energi listriknya belum tercukupi, lebih-lebih masyarakat pedesaan yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik, pemenuhan kebutuhan energi itu pemerintah mencari energi alternatif.Seperti gas alam, batu bara, dan tenaga nuklir. Untuk memperoleh energi tersebut harus mengeluarkan biaya yang besar dan harus menggunakan teknologi tinggi apalagi penggunaan tenaga nuklir beresiko tinggi terhadap lingkungan hidup dan tampaknya energi alternatif di masa mendatang masih bertumpu pada penggunaan energi nuklir.
Untuk pengadaan listrik, kata Djajusman, bisa saja masyarakat di desa tersebut membeli generator listrik secara patungan. Tetapi bahan bakarnya yang berupa minyak solar atau bensin harus didatangkan dari kota yang cukup jauh, yang berarti pengeluaran ongkos terus menerus dan tidak sedikit jumlahnya.
Karena itu, Pusat Ketenagalistrikan (P3TKEBT) ESDM bekerjasama dengan penemu teknologi kincir jenis ”Kaki Angsa” yang ditemukan Djajusman Hadi dan Budiharto, keduanya staf di Universitas Negeri Malang (UM), telah menguji cobakan alat tersebut di Malang Jawa Timur sejak tahun 2006.
“Kincir Air Kaki Angsa” ini berbeda dari jenis kincir air sebelumnya, yang membedakan adalah tidak memerlukan ketinggian, dan cara pembuatan bendungan. Efisiennya, alat ini dapat dipasang di sungai dangkal hingga tenggelam, dan kelak ke depan dapat difungsikan di laut guna mendapatkan energi listrik yang jauh lebih besar.
Dengan menggerakkan Kincir Air Kaki Angsa ini, tujuannya adalah untuk menghasilkan enegi listrik tanpa menggantungkan bahan bakar minyak (BBM). Kincir itu bertujuan mentransfer energi air menjadi listrik, manfaatnya untuk memperoleh sumber energi yang murah dan tidak dapat habis, energi yang ramah lingkungan, alternatif pengganti energi minyak dan gas, mengembangkan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan, membantu memecahkan masalah pemerataan listrik bagi masyarakat pedesaan, meningkatkan produksi industri di pedesaan, baik industri pertanian, perikanan dan agro industri.
Secara relevan, kelebihan dari teknologi sederhana yang diciptakan oleh penemu ini adalah dapat berputar dalam kondisi tenggelam di air sungai yang dangkal dan hingga dalam (tenggelam), karena kalau tenggelam justru dapat menghasilkan energi listrik yang jauh lebih besar. Ke depan merujuk pemaparan Mantan Presiden BJ Habibie dalam rapat dengan kementerian ESDM tahun 2005 tentang potensi energi listrik di Indonesia yaitu untuk selat-selat di Indonesia kaya akan potensi listriknya, asalkan ada turbin yang dapat mentransfer energi tersebut. Dan alat ini sempat dinilai cukup fleksibel jika diterapkan di laut. (oci/udi/malangpost)
Sumber :http://malangraya.web.id/2009/05/17/model-baru-kincir-air-kaki-angsa/