Kementerian ESDM Luncurkan 8000 Biogas Rumah

Renewable Energy Events

Ocean Energy News

Kementerian ESDM Luncurkan Biogas Rumah

(Energy Neilcy). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Belanda, Hivos, dan SNV meluncurkan program 8.000 biogas rumah (biru) untuk enam provinsi.

"Pemerintah Belanda dengan program bantuannya menginvestasikan 500 juta euro untuk pengembangan energi terbarukan di seluruh dunia, dan di Indonesia diimplementasikan melalui program biru," kata Kepala Divisi Ekonomi dan Perdagangan Kedutaan Besar Belanda Renate Th Pors di Bandung, Kamis.

Peluncuran program biogas rumah tersebut berlangsung di kediaman salah seorang pengurus Koperasi Peternak Susu Bandung Utara, Jalan Kolonel Masturi, Kabupaten Bandung Barat.

Renate mengatakan program biogas rumah menggunakan reaktor kubah beton yang memiliki volume 4,6,10 dan 12 meter kubik yang ditanam di dalam tanah.

"Sebagai contoh, untuk volume enam meter kubik, biogas dapat digunakan selama enam jam," katanya.

Ia mengatakan program ini tidak ditekankan pada pemberian bantuan kontruksi, namun pada pengembangan sektor biogas.
"Pengembangan sektor dilakukan dengan membangun jejaring antara koperasi susu yang memiliki jaringan peternak sapi perah sebagai konsumen, perusahaan kontruksi dan lembaga keuangan mikro," katanya.

Pihaknya mendukung perusahaan konstruksi yang dilibatkan dengan mengadakan pelatihan pembuatan konstruksi, untuk dapat membangun reaktor kubah beton.

Pihaknya memberikan subsidi sebesar Rp2 juta untuk pembuatan konstruksi.

Renate mengatakan tujuan dilakukannya pengembangan energi terbarukan khususnya biogas, mengingat semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi.

"Kita tahu kayu semakin berkurang, harga minyak bumi semakin mahal. Hal ini yang mendorong kami untuk menjalankan program pengembangan energi terbarukan khususnya biogas," kata Renate.

Sumber :http://www.antara.co.id/berita/1259848469/kementerian-esdm-luncurkan-biogas-rumah



READ MORE - Kementerian ESDM Luncurkan Biogas Rumah

Small Hydropower

(Energy Neilcy). Small hydropower is a clean, renewable, and predictable energy source. Small hydropower generation systems produce electricity by converting the mechanical energy in the running water into electric energy in a way similar to larger traditional hydroelectric systems. In Canada, small hydro generally refers to hydroelectric projects with between 1 and 50 megawatts (MW) in installed capacity. Small hydro systems can either be connected to the grid and provide power to the grid or they can be used for independent and stand-alone applications in isolated remote areas.

Small hydro is one of the best alternatives to the highly polluting and very costly diesel generation that currently provides electric energy in most remote communities across Canada. The potential energy that could be produced by small hydropower technologies is estimated to be 15,000 MW, and the current installed small hydro capacity is approximately 3,400 MW. By using both the existing state-of-the-art and the emerging technologies, the vast small hydro potential could be developed to help Canada meet its future energy needs and bring about more environmental and socio-economical benefits.
CanmetENERGY also helps build strong links between utilities, academic institutions, and other relevant government programs. We are the only government research and development (R&D) entity in Canada that has a team dedicated specifically to the needs of small-scale conventional and emerging hydropower technologies. Our mandate in hydraulic energy is to support the research efforts of the Canadian small hydro industry in the development and commercialization of advanced small hydro technologies. We carry out and support R&D on existing and emerging power generation systems to increase energy efficiency, improve cost-effectiveness, and advance ecological and environmental benefits. These R&D activities include:

* technology demonstrations and deployment
* development of modeling software and resource assessment data
* development of codes and standards, providing support for federal energy policy
* dissemination of small hydropower knowledge

CanmetENERGY's work on hydraulic energy will lead to advanced technologies that develop the vast small hydro potential in Canada (especially low head hydro) in an energy efficient and environmentally friendly manner. Small hydro energy is clean energy and very flexible in terms of meeting peak load demands while providing energy security. As the Government of Canada’s leading research centre for hydraulic energy, we play an important role in meeting Natural Resources Canada’s objectives of sustainable development and responsible use of Canada’s energy resources. Furthermore, our R&D support is essential for Canadian manufacturers of small-scale emerging hydropower technologies because they have limited capital to develop a broader range of products and make them more competitive internationally.

Major achievements by CanmetENERGY in the area of hydraulic energy include: supporting a university laboratory in becoming the only independent hydraulic turbine testing laboratory in North America; the development of resource assessment tools; and the involvement in international R&D. Typical emerging small hydro technologies include: low head and very low head power generation technology, water current turbines technology and fish-friendly turbine technology.

Source :http://canmetenergy-canmetenergie.nrcan-rncan.gc.ca/eng/renewables/small_hydropower.html

READ MORE - Small Hydropower

PEMANFAATAN PLTS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF POTENSIAL DI INDONESIA

(Energy Neilcy). BPPT merupakan lembaga pemerintah yang ditugaskan untuk melakukan pengkajian dan penerapan teknologi, yang difokuskan ke bidang-bidang yang menjadi hajat hidup orang banyak. Sudah sejak lama pengembangan teknologi energi, khususnya energi-energi alternatif mendapat perhatian besar dari BPPT.” Hal tersebut diungkapkan Kepala BPPT Marzan Aziz Iskandar, dalam suatu wawancara dengan majalah Energy and Mining, Jakarta (2/6).

Besarnya potensi sumberdaya energi di Indonesia, membuat BPPT menaruh perhatian besar dalam pengkajian dan penerapan teknologi energi. Hal itu bertujuan untuk menjamin pemenuhan energi secara nasional, tidak dengan mengandalkan import, tetapi dengan mengoptimalkan potensi sumber daya energi yang ada di Indonesia. Secara rutin BPPT terus memperbaharui data dan melakukan berbagai analisis, yang menghasilkan prediksi-prediksi baru mengenai bagaimana kebutuhan, dan permasalahan energi yang ada di Indonesia. ”Prediksi itulah yang kemudian disampaikan kepada instansi terkait, dan juga pihak industri, kita susun standar, dan bersama lembaga terkait disusun regulasinya,” ungkap Kepala BPPT.

BPPT selama ini banyak berperan menjadi pionir dalam hal menerapkan aplikasi teknologi di Indonesia. Sejak awal tahun 1980-an sudah dimulai kegiatan mengkaji kemungkinan pemanfaatan bioethanol, dan biodiesel, sebagai salah satu energi alternatif untuk digunakan di Indonesia. Ketika itu tidak ada lembaga lain yang memerhatikannya, mungkin karena harga minyak ketika itu masih sangat murah. Bisa dilihat, bagaimana semakin hari penggunaan energi bahan bakar minyak semakin besar yang membuat harga minyak pun semakin membumbung tinggi.
Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pun sudah sejak tahun 80-an dikenalkan oleh BPPT. Ketika itu dilakukan pengkajian untuk membuktikan apakah penerapan PLTS ini bisa dilakukan di Indonesia. Berdasarkan dari kondisi geografis, yang membuat negeri kita mendapat sinar matahari yang berlimpah sepanjang tahunnya, PLTS diharapkan menjadi salah satu energi alternatif yang sangat potensial bagi Indonesia.
Penerapan PLTS
Penerapan PLTS oleh BPPT dimulai dengan pemasangan 80 unit PLTS (Solar Home System), Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk Lampu Penerangan Rumah di Desa Sukatani, Jawa Barat pada tahun 1987. Setelah itu pada tahun 1991 dilanjutkan dengan proyek Bantuan Presiden (Banpres PLTS masuk Desa) untuk pemasangan 3.445 unit SHS di 15 propinsi yang dinilai layak dari segi kebutuhan (tidak terjangkau oleh PLN), kemampuan masyarakat setempat (pembayaran dengan cara mencicil) dan persyaratan teknis lainnya.

Program Banpres PLTS Masuk Desa yang telah memperoleh sambutan sangat menggembirakan dari masyarakat pedesaan dan telah terbukti dapat berjalan dengan baik akan dijadikan model guna implementasi Program Listrik Tenaga Surya untuk Sejuta Rumah. Program ini juga merupakan salah upaya untuk mencapai target Pemerintah dalam melistriki seluruh pedesaan dan daerah terpencil di Indonesia dengan ratio elektrifikasi nasional di atas 75%.
Menurut kajian para perekayasa dan peneliti BPPT, potensi energi matahari bisa mencapai 4,8 kwh/m2, dan hal itu merupakan sebuah potensi yang luar biasa bagi Indonesia untuk memanfaatkan tenaga surya. Berbagai upaya juga dilakukan BPPT seperti menyampaikan konsep-konsep yang kemudian diadopsi dalam Peraturan Presiden No 5 Tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional. Dalam peraturan itu ditetapkan bahwa pada tahun 2025 nanti kita harus memanfaatkan energi surya sebanyak 2% dari total penggunaan energi secara nasional.

Pembangunan sistem PLTS untuk membantu masyarakat miskin yang ada di pedesaan terpencil yang tidak terjangkau listrik mempunyai kendala utama yaitu biaya investasi yang tinggi. Sampai saat ini kita masih melakukan impor panel surya, untuk itulah dibutuhkan tumbuh kembangnya industri PLTS. ”Tentunya dibutuhkan adanya suatu jaminan bahwa apabila kita membangun industri PLTS, market atau pasar juga harus ada,” terang Kepala BPPT.

Pemanfaatan Energi di Indonesia
”Sampai saat ini banyak dibangun berbagai pembangkit listrik, kita bisa menghasilkan berbagai energi alternatif. Tapi kita gunakan dengan boros, jadinya ya percuma,” ungkap Marzan. Boros tidaknya penggunaan energi pun bisa diukur melalui jasa audit teknologi yang biasa dilakukan BPPT, hal yang dilakukan adalah memeriksa penggunaan pendingin udara, penerangan, dan lainnya dalam suatu gedung atau penyewa jasa audit energi. Setelah itu dilaporkan kepada penyewa jasa mengenai adanya pemborosan energi, yang melahirkan sebuah rekomendasi untuk dilakukan berbagai perbaikan dan pembenahan sehingga penggunaan energi bisa lebih efisien.

Perlu diingat pula bahwa yang dimaksud dengan efisiensi energi adalah, suatu keadaan dimana dengan jumlah energi yang cukup, kita bisa melakukan pekerjaan dengan nyaman, tanpa hambatan, dan hasilnya tetap optimal. Kepala BPPT memandang masih banyak tantangan kedepannya, tetapi dia akan terus berusaha untuk mengejar target untuk membantu bangsa ini dalam masalah efisiensi energi, melakukan analisis, dan penyediaan energi alternatif


Sumber :http://www.bppt.go.id/component/content/article/50-teknologi-energi/171-pemanfaatan-plts-sebagai-energi-alternatif-potensial-di-indonesia
READ MORE - PEMANFAATAN PLTS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF POTENSIAL DI INDONESIA

Renewable Energy Conferences Worldwide

Energy Neilcy)
December 2009

02 Green and energy efficient buildings: preparing for the challenges of Copenhagen London United Kingdom
02 2nd European Solar Investment and Finance Summit Berlin Germany
04 2009 International Conference on Marine Engineering and Naval Engineering (MENE 2009) Frankfort Germany
All accepted papers will be published in theconference proceedings, which will be indexed byThomason ISI Proceeding, Ei Compendex and othermajor indexing services.
07 The International Conference on Energy and Environment 2009 (ICEE2009) Malacca Malaysia
07 Environmental Science and Technology Conference 2009 (ESTEC ’09) Kuala Terengganu Malaysia
07 REGIONAL DEVELOPMENT, SPATIAL PLANNING AND STRATEGIC GOVERNANCE Belgrade Serbia
07 Midwestern Transmission: Balancing Planning and Priorities Minneapolis MN
08 Fuel Cells Durability and Performance Washington District of Columbia
The 5th Annual Conference in the KnowledgeFoundation's Fuel Cells Durability & Performanceseries will provide an interdisciplinarydiscussion forum for fuel cell developers,manufacturers and suppliers working in the fieldsof fuel cells
08 Municipalities and Renewable Energy: Assessing What Option(s) is Right for You Toronto Canada
09 The Future of Smart Grid DSM Programs Miami FL
12 National Conference on Future Perspectives of Renewable Energy Sources Bhubaneswar India
13 The 14th Israel Materials Engineering Conference (IMEC-14) Tel-Aviv Israel
13 Ecocity 2009, Istanbul Istanbul Turkey
The International Ecocity Conference Series bringstogether the key innovators, decision makers,technologists, businesses and organizationsshaping the conversation around ecological andsustainable city, planning and development.
14 2nd Annual MENA Infrastructure Finance Conference Abi Dhabi United Arab Emirates
17 International Conference on “Food Security and Environmental Sustainability – FSES 2009” Kharagpur India
17 International Conference on the Developments in Renewable Energy Technology Dhaka Bangladesh
18 2009 International Conference on Semi-Conductor Technology (ICSCT 2009) Jeju Island Korea (South)
As usual, the proceeding will also be submitted tothe major indexing service, such as Thomson ISI(ISTP), IACSIT Database, British Library, EICompendex, Nielsen and for indexing.
18 THE VISHWA SHOW-2009 Mumbai India
27 International Conference on Millennium Developmental Goals:The Role of Information and Communications & other Technologies Chennai India
28 The 2nd International Conference on Environmental and Computer Science (ICECS 2009) Dubai United Arab Emirates
The full paper submissions will be chosen based ontechnical merit, interest, applicability, and howwell they fit a coherent and balanced technicalprogram. The accepted full papers will bepublished in the ICECS 2009 Proceeding.

January 2010

08 International Conference on Recent Advancements in Electrical Sciences” (ICRAES’10) Tiruchengode India
15 National Conference on ‘Smart Energy- Generation, Promotion & Challenges Chandigarh India

February 2010

02 Feed-in Tariff: Another Tool for Meeting RPS San Francisco CA
08 Sixth User Forum Thin-Film Photovoltaics Würzburg Germany
09 10th International Colloquium on Environmentally Preferred Advanced Power Generation (ICEPAG) Costa Mesa California
24 International Oil, Gas and Energy Expo, Tradeshow and Conference Berlin Germany
26 2010 International Conference on Fluid Dynamics and Thermodynamics Technologies (FDTT 2010) Singapore Singapore
All registered papers of FDTT 2010 will bepublished into Conference proceeding by the WorldAcademic Press. The accepted papers will beindexed by the Thomson ISI, Nelson, and BritishLibrary, and other major indexing services.
26 2010 International Conference on International Conference on Nuclear and Radiological Engineering (ICNRE 2010) Singapore Singapore
26 2010 International Conference on Environmental Science and Development (CESD 2010) Singapore Singapore
CESD 2010 proceeding will be published by WorldAcademic Press, and all papers in the proceedingwill be indexed by the Thomson ISI Proceeding.

March 2010

03 World Sustainable Energy Days 2010 Wels Austria
08 International Conference on Renewable Energy: Generation and Applications - ICREGA’10 Al Ain United Arab Emirates
14 PSST-2010, Porous Semiconductors - Science and Technology, 7th International Conference Valencia Spain
15 International Conference on Environmental Sustainability with Green Building Technology Chennai India
19 2010 The 2nd IEEE International Conference on Information and Emerging Technologies Bali Island Indonesia
The ICIET 2010 conference proceeding will beincluded in the IEEE Xplore and CSDL, and indexedby INSPEC, Thomson ISI Proceeding (ISTP), EiCompendex for indexing.
27 2010 the 2nd International Conference on Advanced Computer Control (ICACC 2010) Shenyang China
All accepted papers will also be published in the conference proceeding by IEEE, and will be indexed by EI Compendex, INSPEC, Thomson ISI, IEEE XploreTM.

April 2010

07 Green Conclave Delhi India
12 Eco-Architecture 2010: Third International Conference on Harmonisation Between Architecture and Nature La Coruna Spain
14 6th EE & RES Congress and Exhibition for South East Europe. International Congress and Exhibition on Energy Efficiency and Renewable Energy Sources Sofia Bulgaria
14 15th German Dam Symposium Aachen Germany
14 Infrastructure Asia 2010 Exhibition & Conference Jakarta Indonesia
16 2010 International Conference on Intelligent Building Management (ICIBM 2009) Chengdu China
All ICIBM 2010 papers will be listed in IEEE Xplore and CSDL, and indexed by Ei Compendex, Thomson ISI Proceedings and INSPEC.
21 Wind Power Transmission and Distribution 2010 Manchester United Kingdom
23 2010 The International Conference on Industrial and Intelligent Information (ICIII 2010) Bangkok Thailand
ICIII 2010 conference proceedings will be includedin the IEEE Xplore and CSDL, and indexed byINSPEC, Thomson ISI, Ei Compendex.
23 2010 International Conference on Environmental Science and Technology (ICEST 2010) Bangkok Thailand
Submitted conference papers will be reviewed bytechnical committees of the Conference.ICEST 2010 will be published in the conferenceproceeding, and all papers in the proceedings willbe indexed by Thomson ISI.
28 International Conference on Green Energy kuching Malaysia

May 2010

10 Leapfrogging Opportunities for Air Quality Improvement Xian China
12 16. International Energy & Environment Conference Istanbul Turkey
27 RENEXPO® Central Europe International Trade Fair and Congress for Renewable Energy and Energy Efficiency Budapest Hungary

June 2010

07 Renewable Energy Research Conference 2010 Trondheim Norway
20 10th International Multidisciplinary Scientific Geo-Conference – SGEM 2010 (Surveying Geology & mining Ecology Management) Albena resort Bulgaria
27 5th International Ege Energy Symposium and Exhibition (IEESE-5) Denizli Turkey
28 Innovate to Survive: Engineers for a One Planet Future® London United Kingdom

July 2010

14 Heat Transfer 2010: 11th International Conference on Advanced Computational Methods and Experimental Measurements in Heat Transfer Tallinn Estonia

September 2010

27 2010 IEEE Conference on Innovative Technologies for an Efficient and Reliable Electricity Supply Waltham Massachusetts

Source :http://www.conferencealerts.com/renew.htm

READ MORE - Renewable Energy Conferences Worldwide

Asia, the U.S. and the New Energy Race

(Energy Neilcy). Asian powers are winning the competition to dominate New Energy, a 21st century version of the Space Race in which the U.S. beat the USSR to the moon. And the governments of China, Japan and South Korea are aggressively outspending the U.S. on research, development and deployment by at least 3-to-1 to extend their superiority while the U.S. stumbles over policy inaction and fades.
Even if the best proposals now working their way through Congress become law, the U.S. will invest no more than $172 billion in the next 5 years while China alone will invest $397 billion in New Energy.
Those are the findings of Rising Tigers, Sleeping Giant: Asian Nations Set to Dominate the Clean Energy Race By Out-Investing the United States, by Breakthrough Institute and the Information Technology and Innovation Foundation. It presents 5 core findings.
The 5 core findings:
(1) The U.S. is already losing the new Space Race-like competition and the 3-to-1 Asian spending advantage planned for the next 5 years will set them up to lure trillions in private sector investments. The U.S. may grab some joint venture fruits of their growth but the Asian powerhouses will reap the largest bounty in jobs, tax revenues, and indirect benefits.
(2) The government spending for New Energy research, development and deployment (RD&D) in Asia will generate economies of scale, learning-by-doing, and innovations that will spawn new infrastructure and new economic leverage.
(3) If the U.S. allows the New Energy “spending gap” to continue, it will lose the equivalent of a new Space Race and become a New Energy importer which will, in turn, hamper its short-term economic recovery and its long-term competitiveness.
(4) The present House and Senate energy and climate bills are inadequate to get the U.S. back into the Race, lacking funding for RD&D to match the rising Asian New Energy powers.
(5) If the U.S. hopes to remain competitive, it must not rely on the private sector and “small, indirect and uncoordinated incentives” but must commit to “large, direct and coordinated” federal investment.

Source :
http://www.renewableenergyworld.com/rea/blog/post/2009/11/asia-the-u-s-and-the-new-energy-race

READ MORE - Asia, the U.S. and the New Energy Race

Excellence in Renewable Energy Awards

(Energy Neilcy). Disruptive innovation hasn't been a driving force of the modern energy industry, but today it is becoming the norm. To celebrate the companies, business leaders and cutting edge state and local governments that are leading this new wave of innovation, RenewableEnergyWorld.com is rolling out its inaugural Excellence in Renewable Energy Awards -- and we want you to participate.

With the help of our readers, RenewableEnergyWorld.com will be picking the top North American companies, technologies and initiatives in the clean energy space and presenting the awards at next February's Renewable Energy World Conference and Expo in Austin, Texas.

Here at Renewable Energy World, we hear about and report on so many new projects, technologies and business models, we feel it's time to recognize those that rise to the top. Quite often, we learn about these innovations from our active, highly-educated audience. So in order to leverage the knowledge base of our readers, we want to open up the nomination process to everyone.

Nominations must be received by November 30, 2009, so take action now!
We'll be looking at a range of municipalities, non-profits, utilities and companies in the solar, wind, bioenergy, geothermal and hydro industries to determine which players are leading the increasingly-crowded pack here in North America.

This year's North American award categories include:

PROJECT of the YEAR — Not a week goes by without an announcement of a “first” for some type of project. This award recognizes the highest achievement for a renewable energy project of any scale. It can be given to a tech company, a developer, a financier, or even an individual, and can be judged both on technological innovation and reduction in installed cost.

LEADERSHIP in RENEWABLE ENERGY — The renewable energy industry has been built by pioneers who have worked tirelessly to bring technologies, investor confidence and public support to such high levels. This award recognizes any individual who has made an exceptional contribution to the industry in any of those areas.

UTILITY-SCALE RENEWABLES — Now that more utilities are required to procure large amounts of renewables, large utility-run programs are popping up all the time. This is an award for projects, technologies or programs being deployed on the utility scale. It can represent a multi-project program for customers, a single innovative project or a technology that allows utility-scale projects to improve performance.

DISTRIBUTED & ON-SITE RENEWABLES — While the trend toward larger, more centralized projects continues, renewables are still an inherently distributed source of energy. This award recognizes projects, technologies or programs related to an on-site renewable energy system that are sub-utility in scale and that may be used at an industrial or large commercial installation.

BUILDING-INTEGRATED RENEWABLES — The application of renewables into building design is incredibly diverse. This award recognizes outstanding innovations in integrating renewable energy systems into building materials and building construction.

INNOVATION in RENEWABLE ENERGY — With such a broad array of technologies and applications out there, we don't want to miss something that doesn't fall under the other categories. This award recognizes excellence in any program, technology, financial instrument or policy that advances renewable energy.

READERS' CHOICE — Finally, we want to present an award based upon the most popular choice from our readers. This award will be given to the favorite of readers from all the nominations selected and posted on our online awards judging web site.

This is a great opportunity for us to give you, our readers a chance to voice your opinion what's happening in the industry. The nomination process is already underway — to cast your vote, visit the Excellence in Renewable Energy Awards website. We want to hear from you.

Source :http://www.hydroworld.com

READ MORE - Excellence in Renewable Energy Awards

Ambisi Cina Ciptakan Listrik Tenaga Surya 2 Gigawatt

(Energy Neilcy).Isu pemanasan global menjadi pertimbangan Pemerintah Cina membangun sistem tenaga listrik dengan sumber panas matahari untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik Pemerintah Cina yang semakin meningkat.

Proyek ini akan memakan waktu yang cukup panjang bertempat di kota Ordes beberapa kilometer dari Mongolia, proyek ini dimulai pada bulan Juni 2010 yang pengerjaannya di bagi menjadi 4 fase yang diperkirakan berakhir tahun 2019.
Fase 1, pada fase ini sistem tenaga listrik matahari hanya bersifat ujicoba dengan tenaga listrik yang dihasilkan mencapai 30 Megawatt dan pada fase 2, 3, 4 menargetkan dapat memproduksi sistem tenaga surya hingga 100 megawatt, 870 megawatt, dan 1000 megawatt.

Sumber : www.inhabitat.com



READ MORE - Ambisi Cina Ciptakan Listrik Tenaga Surya 2 Gigawatt

PRIORITAS ENERGI TERBARUKAN, Proyek 10 Ribu MW Tidak Pakai Batubara

(Energy Neilcy). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta kepada Menneg BUMN Mustafa Abubakar agar PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak lagi menggunakan batubara sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik dalam proyek 10 ribu megawatt (MW) tahap II. Proyek tersebut dapat dipercepat pelaksanaannya dengan menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan.

“Teruskan program 10 ribu MW tahap II dengan memprioritaskan sumber energi terbarukan untuk memelihara lingkungan atau pun menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global,” ujar Kepala Negara di Istana Negara, Jakarta, Jumat (23/10).

Presiden meminta Menneg BUMN bersama menteri terkait menjadikan ketersediaan listrik sebagai prioritas. Karena itu, SBY meminta proyek listrik 10 ribu MW tahap I, yang dijadwalkan rampung pada 2011, bisa dipercepat operasionalnya.

Proyek 10 ribu MW tahap I dibangun di 40 lokasi di Indonesia. Sebanyak 10 proyek berada di Pulau Jawa dengan kapasitas terpasang 7.460 MW dan 30 proyek di luar Jawa berdaya 2.513 MW. Tiga pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara rencananya beroperasi tahun ini, yaitu PLTU Labuan-Banten, PLTU Rembang-Jawa Tengah, dan PLTU Indramayu-Jawa Barat.
PLN telah mengamankan pasokan batubara untuk pembangkit dalam proyek 10 ribu MW tahap I, yaitu sedikitnya 31 juta ton per tahun. Ditambah kebutuhan batubara untuk pembangkit eksisting, pasokan batubara yang diperlukan PLN setiap tahun sekurangnya 60 juta ton.

Mustafa Abubakar menegaskan, program 100 harinya sebagai menteri adalah pembenahan masalah kelistrikan, antara lain mempercepat realisasi proyek 10 ribu MW tahap I. Ia menjanjikan pengembangan listrik 10 ribu MW tahap II menggunakan energi alternatif. ”Seperti yang diminta oleh Bapak Presiden, kita harus mengembangkan energi alternatif terbarukan,” ujar dia.

Panas Bumi

Menko Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, proyek 10 ribu MW tahap II akan berbasis bahan bakar panas bumi. Bersama Wapres Boediono dan menteri terkait, Hatta akan merumuskan dan mencari solusi hambatan proyek kelistrikan. “Jika memang diperlukan aturan, kami akan buat. Jika diperlukan UU, kami akan bicara dengan DPR,” katanya.

Indonesia saat ini memiliki potensi panas bumi yang diklaim terbesar di dunia, yaitu 28.112 Mega Watt electricity (MWe). Dari angka itu, cadangan panas bumi sebesar 14.707 Mwe dan sumber daya sekitar 14.405 MWe. Namun, potensi panas bumi yang berada di 265 lokasi itu baru dimanfaatkan Indonesia untuk energi listrik sebesar 4% atau 1.189 MW. Padahal, penggunaan energi ini sudah dicanangkan sebesar 5% atau 9.500 MW pada 2025.

Secara terpisah, Dirut PLN Fahmi Mochtar mengatakan, pihaknya siap mengurangi porsi pembangkit berbahan bakar batubara pada proyek 10 ribu MW II, sesuai arahan Presiden. PLN akan mencari potensi energi terbarukan yang ramah lingkungan selain batubara. “Porsi pembangkit berbahan bakar batubara dalam proyek 10 ribu MW sekitar 3.000 MW,” ujar Fahmi dalam pesan singkatnya kepada Investor Daily di Jakarta, kemarin.

Menurut Fahmi, energi listrik dari panas bumi lebih hemat ketimbang sumber energi tidak terbarukan seperti minyak bumi atau batubara. Dari panas bumi sebesar 100 MW setara dengan 4.350 barel minyak per hari atau batubara sebesar 864 ton per hari. “Namun, investasi awal untuk pembangkit listrik panas bumi (PLTP) masih mahal dibanding PLTA,” ujarnya.

Data Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen ESDM menyebutkan, total daya pembangkit listrik 10 ribu MW tahap II sekitar 10.547 MW. Ini terdiri atas PLTA (1.174 MW), PLTP (3.583 MW), PLTU (4.164 MW), PLTGU (1.626 MW). Total kapasitas tersebut akan menambah pasokan sebesar 3.079 MW di Sumatera, 5.725 MW di Jawa, Madura, dan Bali, serta 110 MW di Nusa Tenggara Barat. Selain itu, 61 MW di Nusa Tenggara Timur, 826 MW di Kalimantan, 563 MW di Sulawesi, 69 MW di Maluku, dan 114 MW di Papua.

Direktur Perencanaan dan Teknologi PLN Bambang Praptono mengatakan, untuk megaproyek 10 ribu MW tahap II sebanyak 60% akan menggunakan energi terbarukan (renewable). “Kami akan fokus menggunakan energi yang ramah lingkungan seperti panas bumi dan hidro (air),” katanya.

Bambang Praptono akan mengusulkan kepada pemerintah agar dibentuk sebuah badan khusus di bawah presiden yang bertanggungjawab menyediakan pasokan energi primer ke PLN. “Kami akan coba melakukan kajian tersebut dengan Dewan Energi Nasional (DEN). Seharusnya, DEN-lah yang memberikan terobosan soal kelistrikan,” katanya.

Menurut Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen ESDM J Purwono, proyek 10 ribu MW tahap II membutuhkan dana US$ 16-20 miliar, termasuk US$ 8-10 dari PLN. Proyek tersebut sedianya diresmikan dengan penerbitan peraturan presiden (perpres). Namun, perpres untuk proyek itu belum selesai dibahas, terutama soal jaminan pemerintah. “Investasi yang besar itu membutuhkan jaminan pemerintah agar investor dalam maupun luar negeri tertarik,” ujarnya di Jakarta, kemarin.

Sebagian proyek 10 ribu MW tahap II yang ditangani PLN sudah memiliki kepastian pendanaan. Proyek tersebut saat ini dalam tahap persiapan tender. Sementara itu, proyek pembangkit lainnya masih dalam tahap penentuan wilayah.

Revisi Bauran Energi

Sementara itu, Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh mengatakan, pemerintah akan merevisi target bauran energi primer nasional dengan lebih banyak memakai panas bumi yang potensinya melimpah, namun belum termanfaatkan secara optimal. Revisi bauran energi tersebut merupakan salah satu program 100 hari yang akan dilakukannya.

“Revisi bauran energi ini diharapkan selesai paling lambat Maret 2010,” ujarnya usai memimpin rapat dengan para pejabat di lingkungan Departemen ESDM di Jakarta, kemarin.

Sesuai skenario optimal bauran energi primer nasional tahun 2025, pemanfaatan panas bumi ditargetkan mencapai 6,3%. Komposisi lainnya adalah batubara 34,4%, gas bumi 21,1%, minyak bumi 20,2%, bahan bakar nabati (BBN) 10,2%, gas metana batubara (coal bed methane/CBM) 3,3%, batubara cair 3,1%, dan energi baru dan terbarukan (EBT) seperti air, surya, bayu, dan sampah 1,4%.

Menurut Darwin, pihaknya akan melihat kendala aturan guna mempercepat pemanfaatan panas bumi. Dalam program pembangunan pembangkit 10 ribu MW tahap kedua, direncanakan sebanyak 4.700 MW memakai bahan bakar panas bumi. “Kami juga akan menyiapkan regulasi menyangkut rencana strategis ketenagalistrikan tahun 2015-2025,” jelas Darwin. Ketua Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI) Bob Kamandanu mengatakan, kebijakan pemerintah untuk mengurangi porsi pemakaian batubara menjadi hanya sekitar 30% sejalan dengan upaya pengembangan renewable energy dan pengurangan emisi.

“Bagi kami, tidak masalah jika porsi batubara untuk program 10 ribu MW tahap II berkurang, dibanding tahap pertama yang mencapai 100%. Jadi, bukan karena ketidakmampuan perusahaan menyuplai kebutuhan dalam negeri,” kata Bob kepada Investor Daily.

Apalagi, kata Bob, pasar batubara di luar negeri juga masih bagus. Saat ini, dengan tingkat produksi 2009 yang diperkirakan mencapai sekitar 250 juta ton, hanya sekitar 20-22% atau 50-60 juta ton yang dijual di dalam negeri, selebihnya diekspor.

Adapun mengenai pemenuhan batubara untuk program 10 ribu MW tahap I, kata dia, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan baru mengenai jenis batubara yang akan digunakan. “Kalau ternyata yang dibutuhkan adalah law rank (kalori rendah), harus ada insetif, karena ongkos produksi yang dikeluarkan sama tetapi harga low rank lebih murah,” kata Bob.

Sumber:http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=2406

READ MORE - PRIORITAS ENERGI TERBARUKAN, Proyek 10 Ribu MW Tidak Pakai Batubara

Potensi Limbah Biomassa Sawit sebagai Sumber Energi Terbarukan

(Energy Neilcy).Gejolak yang muncul akibat keputusan pemerintah menaikkan harga BBM memunculkan kesadaran bahwa selama ini bangsa Indonesai sangat tergantung pada sumber energi tak-terbarukan. Cepat atau lambat sumber energi tersebut akan habis. Salah satu solusi mengatasi permasalahan ini adalah dengan mengoptimalkan potensi energi terbarukan yang dimiliki bangsa ini.

Indonesia sebenarnya memiliki potensi energi terbarukan sebesar 311.232 MW, namun kurang lebih hanya 22% yang dimanfaatkan. Masyarakat Indonesia terlena dengan harga BBM yang murah, sehingga lupa untuk memanfaatkan dan mengembangkan sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui. Sumber energi terbarukan yang tersedia antara lain bersumber dari tenaga air ( hydro ), panas bumi, energi cahaya, energi angin, dan biomassa.

Potensi energi tarbarukan yang besar dan belum banyak dimanfaatkan adalah energi dari biomassa. Potensi energi biomassa sebesar 50 000 MW hanya 320 MW yang sudah dimanfaatkan atau hanya 0.64% dari seluruh potensi yang ada. Potensi biomassa di Indonesia bersumber dari produk samping sawit, penggilingan padi, kayu, polywood, pabrik gula, kakao, dan limbah industri pertanian lainnya.

Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO) menghasilkan biomassa produk samping yang jumlahnya sangat besar. Tahun 2004 volumen produk samping sawit sebesar 12 365 juta ton tandan kosong kelapa sawit (TKKS), 10 215 juta ton cangkang dan serat, dan 32 257 – 37 633 juta ton limbah cair ( Palm Oil Mill Effluent /POME). Jumlah ini akan terus meningkat dengan meningkatnya produksi TBS Indonesia. Produksi TBS Indonesia di tahun 2004 mencapai 53 762 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 64 000 juta ton.

Biomassa dari produk samping sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Salah satunya adalah POME untuk menghasilkan biogas. Potensi produksi biogas dari seluruh limbah cair tersebut kurang lebih adalah sebesar 1075 juta m 3 . Nilai kalor ( heating value ) biogas rata-rata berkisar antara 4700–6000 kkal/m 3 (20–24 MJ/m 3 ). Dengan nilai kalor tersebut 1075 juta m 3 biogas akan setara dengan 516 _ 000 ton gas LPG, 559 juta liter solar, 666.5 juta liter minyak tanah, dan 5052.5 MWh listrik. TKKS dapat juga dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas walaupun proses pengolahannya lebih sulit daripada biogas dari limbah cair.

Potensi energi yang dapat dihasilkan dari produk samping sawit yang lain dapat dilihat dari nilai energi panas (calorific value ). Nilai energi panas untuk masing-masing produk samping sawit adalah 20 093 kJ/kg cangkang, 19 055 kJ/kg serat, 18 795 kJ/kg TKKS, 17 471 kJ/kg batang, dan 15 719 kJ/kg pelepah.
Cangkang dan serat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam PKS. Cangkan dan serat digunakan sebagai bahan bakar boiler untuk memenuhi kebutuhan steam (uap panas) dan listrik. Potensi energi dari seluruh cangkang dan serat di tahun 2004 adalah sebesar 6 451 juta MW.

TKKS juga memiliki potensi energi yang besar sebagai bahan bakar generator listrik. Sebuah PKS dengan kapasitas pengolahan 200000 ton TBS/tahun akan menghasilkan sebanyak 44000 ton TKKS (kadar air 65%)/tahun. Nilai kalor ( heating value ) TKKS kering adalah 18.8 MJ/kg, dengan efisiensi konversi energi sebesar 25%, dari energi tersebut ekuivalen dengan 2.3 MWe ( megawatt-electric ). Total TKKS sebanyak 12365 juta ton di tahun 2004 berpotensi menghasilkan energi sebesar 23463.5 juta MWe.

***

Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan produk samping sawit sebagi sumber energi terbarukan. Kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditi yang mengalami pertumbuhan sangat pesat.

Pada periode tahun 1980-an hingga pertengahan tahun 1990-an luas areal kebun meningkat dengan laju 11% per tahun. Sejalan dengan luas area produksi CPO juga meningkat dengan laju 9.4% per tahun. Sampai dengan tahun 2010 produksi CPO diperkirakan meningkat dengan laju 5-6% per tahun, sedang untuk periode 2010 – 2020 pertumbuhan produksi berkisar antara 2% - 4%.

Pengembangan produk samping sawit sebagai sumber energi alternatif memiliki beberapa kelebihan. Pertama , sumber energi tersebut merupakan sumber energi yang bersifat renewable sehingga bisa menjamin kesinambungan produksi. Kedua , Indonesia merupakan produsen utama minyak sawit sehingga ketersediaan bahan baku akan terjamin dan industri ini berbasis produksi dalam negeri.

Ketiga , pengembangan alternatif tersebut merupakan proses produksi yang ramah lingkungan. Keempat , upaya tersebut juga merupakan salah satu bentuk optimasi pemanfaatan sumberdaya untuk meningkatkan nilai tambah.

***

Indonesia relatif tertinggal dalam mengembangkan teknologi energi alternatif dari produk samping sawit dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Sejak tahun 2001 Malaysia melaksanakan program pengembangan energi terbarukan yang disebut dengan Small Renewable Energy Programe ( SREP ). Salah satu energi terbarukan yang dikembangkan dalam program SREP ini adalah pengembangan biogas dari POME. Bumibiopower (Pantai Remis) Sdn. Bhd. adalah salah satu perusahaan di Malaysia yang melaksanakan proyek untuk mengembangkan pabrik produksi biogas dari POME. Bekerjasama dengan

Malaysia bekerjasama dengan COGEN mengembangkan teknologi generator listrik dengan bahan bakar produk samping sawit. Proyek pemanfaatan produk samping sawit sebagai bahan bakar listrik dilaksanakan oleh TSH Bio Energy Sdn Bhn di Sabah, Malaysia . Kapasitas listrik yang dihasilkan adalah sebesar 14 MW.

Melalui Kep.Men. No. 1122 K/30/MEM/2002 tentang Distribusi Pembangkit Listrik Skala Kecil, Indonesia mulai mengembangkan energi terbarukan. Pada tahun 2002 sangat gencar dikampanyekan penggunaan gas pada kendaraan bermontor. Namun, kemudian tak terdengar lagi kabarnya sekarang.

Tahun 2005 Indonesia mendapatkan bantuan sebesar $ US 500.000 dollar dari ADB (Bank Pembangunan Asia) untuk mengembangkan energi terbarukan dari limbah cair kelapa sawit (Kompas, 27 Desember 2004).

Teknologi yang sudah berhasil dikembangkan di Indonesia adalah pembuatan briket arang dari cangkang dan serat sawit. Produk briket yang dihasilkan telah memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI). Kelebihan lainnya dari briket ini adalah permukaanya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam di tangan.

***

Pengembangan biomassa kelapa sawit sebagai sumber energi alternatif yang terbarukan harus dibarengi dengan pengembangan teknologi-tenologi lainnya. Misalnya adalah pengembangan kendaraan berbahan bakar gas dan listrik. Selain bersifat terbarukan ( renewable ) penggunaan bahan bakar gas dan listrik lebih ramah lingkungan dari pada BBM. Teknologi ini sudah banyak dipakai di negara-negara Eropa, seperti Jerman, Autria, dan Amerika. Bahkan di India sudah banyak bis-bis kota yang berbahan bakar gas.

Belajar dari pengalaman tahun 2002, jangan terulang lagi kampanye bahan bakar gas yang hanya sesaat. Pengembangan energi alternatif dari sumber-sumber yang dapat diperbaharui adalah suatu keharusan. Kesungguhan dan keseriusan pemerintahan SBY dalam hal ini sangat diharapkan.

Sumber :http://www.ipard.com/art_perkebun/apr11-05_isr+edw.asp


READ MORE - Potensi Limbah Biomassa Sawit sebagai Sumber Energi Terbarukan
Template Design by faris vio